:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/2010818/original/073216200_1521455116-Suku_sasak.jpg)
Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Suku Sasak Ende yang ada di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah ternyata menyimpan beragam kekayaan budaya. Di desa ini setidaknya terdapat 30 rumah adat untuk sekitar 130 orang, yang sebagian besar di antaranya hidup dari pertanian. Lokasi desa yang tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok, membuat desa ini kerap dikunjungi wisatawan yang ingin lebih jauh mengenal kekayaan budaya Suku Sasak Ende.
Uniknya, Desa Ende merupakan salah satu desa wisata yang masih menjunjung tinggi nilai dan istiadat Suku Sasak di tengah gempuran kemajuan teknologi. Hal ini bisa terlihat dari bentuk bangunan bale tani atau rumah petani yang seluruh material bangunan terbuat dari alam.
Masuk ke desa ini pengunjung akan disambut sebuah gapura besar yang terbuat dari bambu dengan atap alang-alang. Di bagian atas tertulis jelas ucapan "Selamat Datang di Kampung Sasak Ende". Di sebelah gapura terdapat berugak (bale-bale) yang biasa ditempati para pemandu wisata. "Selamat siang," sambut Husin, pria paruh baya yang menjadi pemandu wisata.
Husin yang mengenakan baju batik dipadu dengan kain dan ikat kepala khas Suku Sasak Ende ini mempersilahkan brilio.net menelusuri jalan setapak dari tanah. Di muka desa, kami disambut ucapan selamat datang dari puluhan anak-anak. Kerennya lagi, mereka menggunakan tiga bahasa lho, Indonesia, Inggris, dan bahasa asli Sasak.
Cara ini dilakukan agar kearifan lokal dan budaya yang diwariskan nenek moyang, mulai dari cara hidup hingga tradisi Suku Sasak Ende tetap terjaga. Selain itu, anak-anak setempat diajarkan untuk menghormati setiap tamu yang datang. "Ini salah satu cara kami mempertahankan keaslian budaya Sasak. Mereka (anak-anak) sejak kecil sudah diajarkan untuk menghormati tamu," kata Husin.
Nggak heran jika banyak wisatawan asing yang berkunjung ke sini. Umumnya mereka datang dari Eropa, Amerika, dan Australia. Oh iya, kebanyakan para turis mengetahui kampung asli Suku Sasak ini dari platform pemesanan hotel booking.com.
"Saya sangat suka sekali dengan budaya masyarakat di sini. Sungguh kaya dan mereka menjaganya selama ratusan tahun. Mungkin cara ini sudah sangat jarang ditemui masyarakat modern," kata Maaike Michelle, wisatawan asal Belanda kepada brilio.net.
Nah seperti apa sih kearifan lokal dan budaya Suku Sasak Ende ini? Berikut 7 fakta budaya Sasak Ende yang sampai sekarang tetap lestari.
1. Semua jalan masih asli dari tanah bercampur kerikil lho
Seluruh jalan setapak di Kampung Ende masih asli terbuat dari tanah. Tidak ada semen apalagi aspal. Cara ini sebagai bentuk penghormatan kepada alam sehingga ketika hujan, seluruh air yang jatuh akan langsung diserap oleh tanah.
2. Seluruh bahan baku rumah diambil dari alam
Seluruh rumah yang disebut bale tani (rumah petani) di kampung ini menggunakan bahan yang diambil dari alam. Lantainya dibuat lebih tinggi dari jalan dengan menggunakan batu yang disusun sebagai fondasi. Lalu, bagian lantai itu akan diisi tanah liat yang selanjutnya dipadatkan. Penggunaan tanah liat karena masyarakat Suku Sasak mempercayai manusia terbuat dari tanah. Sementara dinding rumah terbuat dari anyaman bambu dan atapnya dari alang-alang yang dirajut. Atap ini akan diganti tujuh tahun sekali. Nah di kampung ini tidak boleh mendirikan bangunan modern.
3. Semen “4 kaki"
Uniknya, lantai dari tanah liat itu akan dilumuri semen merek “4 kaki” alias kotoran sapi atau kerbau. Fungsi kotoran ternak ini untuk merekatkan tanah liat agar tidak mudah retak. Selain itu, kotoran kerbau dipercaya sebagai simbol kerja keras petani. Nah manfaat lainnya, kotoran ternak ini bisa mengusir nyamuk saat musim panas.
http://lifestyle.liputan6.com/read/3388011/fakta-unik-suku-sasak-ende-yang-bikin-traveling-makin-berkesanBagikan Berita Ini
0 Response to "Fakta Unik Suku Sasak Ende yang Bikin Traveling Makin Berkesan"
Post a Comment