Liputan6.com, Bondowoso - Rabu malam, 21 Maret 2018, suasana di Desa Kalianyar, di Kecamatan Ijen mendadak mencekam. Puluhan warga tiba-tiba merasa tenggorokannya pahit dan kering. Dada pun sesak, seakan ada yang menyumbat jalur napas.
Para korban mengeluh mual hingga muntah-muntah. Badan lemah lunglai. Setelah diusut, penyebabnya adalah gas beracun yang muncul dari letupan di Kawah Ijen.
Gas beracun itu diduga terbawa embusan angin ke barat, ke arah Bondowoso. Dugaan lain menyebut, zat mematikan itu dibawa aliran Kalipahit (Banyupahit) yang hulunya di wilayah Kawah Ijen.
Ada 30 orang yang keracunan. Para korban kemudian dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit. Untung tak ada korban jiwa. Nasib warga lebih beruntung dari sejumlah hewan ternak yang mati tercekik gas beracun dari Kawah Ijen.
Keluarnya gas beracun dari Kawah Ijen sejatinya bukan hal luar biasa, demikian menurut ahli vulkanologi, Surono. Yang tak biasa adalah penyebarannya yang relatif jauh.
"Pasti ada masalah karena biasanya warga biasa-biasa saja. Tentunya ada sesuatu yang tak beres, bisa saja gasnya terlalu banyak," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (22/3/2018).
Pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu mengungkapkan, sebenarnya jarak permukiman warga dengan Kawah Ijen sudah aman. "Kecuali ada warga yang mendekat ke kawah itu," kata dia.
Namun, jika ada embusan atau aktivitas tekanan yang meningkat, gas bisa menyebar lebih jauh. "Apalagi sekarang musim hujan. Karena tekanan yang terlalu tinggi, gas bisa melayang setinggi manusia," kata dia.
Surono mengatakan, gas yang keluar di Kawah Ijen jauh lebih berbahaya daripada gunungnya. "Karena gasnya mematikan. Kalau terlalu banyak dihirup oleh kehidupan, nantinya bisa mematikan," kata dia.
Sementara, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM Kasbani mengatakan, potensi gas yang keluar dari kawah Ijen selalu ada.
"Ini letupan kecil, ada danau kawah dan banyak gas. Kita belum pastikan ini kenapa," kata dia ketika dihubungi Liputan6.com.
Saat ditanya apakah semburan gas Kawah Ijen adalah pertanda gunung akan meletus, Kasbani mengatakan, dari aktivitasnya belum ada tanda-tanda ke arah itu. "Karena bisa saja ini cuma sesaat," kata dia. "Besok kita lihat, yang jelas dari aktivitas vulkanik tidak terlalu signifikan."
Kasbani mengatakan, tim ahli dari PVMBG setempat sudah diturunkan ke lokasi semburan gas beracun untuk mengamati kejadian. Sedangkan tim dari Bandung akan dikirimkan ke lokasi pada Jumat 23 Maret 2018.
Kasbani menjelaskan, sejak awal, pihaknya sebenarnya sudah merekomendasi pihak yang tidak berkepentingan menghindari lokasi Kawah Ijen. Sebab, saat musim perubahan cuaca antara musim hujan dan kemarau terkadang muncul letupan gas.
Status Masih Normal
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen Bambang Heri Purwanto mengatakan, selama dua hari ini aktivitas kegempaan Gunung Ijen yakni gempa vulkanik dangkal mengalami peningkatan, namun tidak signifikan.
"Berdasarkan data, pada 18 Maret tercatat 11 kali gempa vulkanik dangkal dan pada 20 Maret terekam 22 kali gempa vulkanik dangkal, namun status Gunung Ijen masih Normal (Level 1) ," tutur dia.
Hal ini juga ditegaskan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. Dia mengatakan, tidak ada kenaikan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan.
"Laporan dari Pos Pengamatan Gunungapi Ijen PVMBG terjadi gempa embusan satu kali, tremor non harmonik satu kali, gempa vulkanik dangkal 19 kali, gempa vulkanik dalam dua kali dan gempa tektonik jauh tiga kali," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/3/2018).
Dia menjelaskan, pada Rabu malam 21 Maret 2018, sekitar pukul 19.15 WIB, terjadi letusan freatik dan terdengar letusan tiga kali di Pondok Bunder yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Kawah Ijen.
Kemudian sekitar pukul 20.30 WIB beberapa warga Dusun Margahayu Desa Kalianyar Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso mengalami keracunan gas belerang. Warga merasakan sesak napas dan ada yang muntah-muntah.
Sebanyak 178 jiwa warga sudah dievakuasi dari empat dusun terpapar yaitu Dusun Margahayu, Dusun Krepekan, Dusun Watucapil, dan Dusub Kebun Jeruk ke tempat aman di masjid Sempol, di rumah warga dan di puskesmas. Tidak semua warga dari dusun bersedia dievakuasi.
Saat ini bau menyengat dari gas yang keluar dari Kawah Ijen dilaporkan mulai berkurang.
Kronologi Warga Ijen Terpapar Gas Beracun
Bagikan Berita Ini
0 Response to "HEADLINE: Semburan Gas Beracun Kawah Ijen, Pertanda Apa?"
Post a Comment