Search

Kualitas Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Alat Pengukur Ketinggalan Zaman

Di beberapa kota besar seperti Kuala Lumpur, Singapura, dan Tokyo, parameter mutu udara sudah menggunakan PM 2,5. Bahkan ada juga yang sudah menggunakan PM 1.

Di Kuala Lumpur ada 24 titik alat pantau PM 2,5, sementara di Hongkong mencapai 42. Bahkan di Tokyo, bila alat pemantau udara sudah sampai di level merah yang berarti tidak sehat, kata Budi, bagian lalu lintas mereka akan meminta agar pengemudi memilih area lain yang masih hijau.

"Jadi, kita masih ketinggalan teknologi. Di luar negeri sudah pakai teknologi PM 2,5. Indikasi terjadinya pencemaran yang membahayakan manusia itu di patokan 2,5 mikronmeter," tegasnya lagi.

Idealnya, bila pemerintah provinsi DKI Jakarta serius peduli pada kesehatan masyarakatnya mengganti alat pemantau PM 10 dengan 2,5.

"Kami sudah menghitung, dengan luas Jakarta diperlukan sekitar 25 alat pemantu PM 2,5. Jumlah itu bisa merepresentasikan kualitas udara Jakarta seperti apa," tuturnya.

Budi berharap, saat nanti pemerintah sudah menerapkan parameter mutu udara PM 2,5, diharapkan bisa dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah.

"Sehingga memberikan kesempatan bagi warga untuk memutuskan untuk pergi ke daerah yang tinggi polusi udara atau tidak. Sehingga, kehadiran alat pemantau ini bisa sebagai early warning untuk menghindari daerah yang tinggi polusi," tutur pria yang juga aktif di Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia ini.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/health/read/3608874/kualitas-udara-jakarta-mengkhawatirkan-alat-pengukur-ketinggalan-zaman

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kualitas Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Alat Pengukur Ketinggalan Zaman"

Post a Comment


Powered by Blogger.