Bajaj (liputan6.com/Kiki Novilia)
"Ya kalo dulu mah, bangsa lima puluh ribu, seratus ribu, masih dapet. Kalo sekarang mah buat setoran aja susah, makan juga susah. Kalo Tuhan nggak ngasih rezeki mah nggak tau."
Jumlah penumpang yang terus menurun membuat ia dan kawan-kawannya seringkali pulang dalam keadaan tangan kosong, karena tak mendapatkan satu penumpang pun. Jika sudah demikian, biasanya mereka akan meminta kebijakan khusus dari para jurangan ditempatnya bekerja untuk membayar setoran seadanya.
Perlu diketahui, kebanyakan para supir tersebut tidak memiliki armada sendiri, melainkan menyewa dari para juragan dengan sistem membayar uang sewa sejumlah 50 hingga 80 ribu rupiah per harinya. Beruntung, kebanyakan dari para juragan tersebut memahami kesulitan yang tengah dihadapi oleh supir-supirnya sehingga tidak memberikan harga mati perihal setoran.
Senada dengan Yusuf, Tarmudi (71) supir bajaj asal Tegal ini juga mengeluhkan keadaan yang terjadi sekarang. Hantaman bertubi-tubi dari berbagai moda transportasi online dianggap menjadi alasan kuat berkurangnya pendapatan mereka. Ia mengakui bahwa tarif transportasi online jauh lebih murah dibandingkan bajaj, akan tetapi ia juga tidak mengelak bahwa rasa cemburu akan hal tersebut pasti ada.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Salam Merdeka dari Supir Bajaj yang Terus Mencoba Bertahan Hidup"
Post a Comment