Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyatakan hujan yang mengguyur Yogyakarta selama beberapa hari terakhir dipicu oleh gangguan belokan angin di daerah ini.
"Ada gangguan belokan angin yang terlihat di wilayah Yogyakarta," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Yogyakarta, Djoko Budiono di Yogyakarta, Senin (3/9/2018).
Menurut Djoko, hingga saat ini secara umum di Daerah Istimewa Yogyakarta masih dalam periode musim kemarau. Meski demikian, kenaikan massa udara yang dipicu oleh fenomena belokan angin di atas Yogyakarta, memicu pembentukan awan-awan hujan.
"Oleh sebab itulah, dalam beberapa hari ini kondisi di beberapa tempat di Yogyakarta terlihat berawan hingga hujan," kata dia.
Ia mengatakan hujan yang terjadi di Yogyakarta termasuk kategori ringan dengan rata-rata 5 mili meter (mm) per hari. Fenomena itu diprediksi hanya berlangsung dua hingga tiga hari.
"Setelah itu, kondisi cuaca akan seperti semula dengan kondisi cerah hingga berawan hingga memasuki musim pancaroba yang diperkirakan terjadi pada Oktober," kata Djoko.
Sementara itu, ia mengatakan 34 kecamatan di DIY masih rawan mengalami bencana kekeringan meteorologis di penghujung musim kemarau. Potensi kekeringan tertinggi ada di Kecamatan Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Piyungan, Pleret, Sewon (Kabupaten Bantul).
Selanjutnya, Gedangsari, Ngawen, Nglipar, Paliyan, Playen, Ponjong, Purwosari, Semanu, Semin, Tanjungsari (Gunung Kidul), Girimulyo, Kalibawang, Sentolo, Samigaluh, Temon (Kulon Progo), Berbah, Minggir, dan Ngemplak (Sleman).
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jangan Buru-Buru Tanam Padi di Gunungkidul"
Post a Comment