PLTU Cilacap adalah sebuah perusahaan Penananam Modal Asing (PMA) yang banyak mempekerjakan tenaga kerja asing (TKA) China saat pembangunannya. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Perubahan perilaku seksual ini diduga mempercepat mempercepat penularan HIV/AIDS di Cilacap. Adapun perilaku seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Di Cilacap ada sejumlah perusahaan multinasional yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (TKA). Cilacap pun memiliki pelabuhan yang menjadi persinggahan para pelaut dari berbagai negara.
Sudah menjadi rahasia umum, para TKA atau pelaut asing itu memenuhi kebutuhan seksualnya dengan menyewa perempuan penghibur (PSK). Kemudian, PSK yang sudah terinfeksi itu menularkan kepada klien lokal.
Faktor lainnya adalah keberadaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Pulau Nusakambangan. Banyak napi yang dihukum dalam jangka panjang hingga hukuman mati.
Untuk memenuhi kebutuhan seksualnya, napi-napi tersebut diduga menyewa perempuan penghibur. Napi menularkan kepada perempuan yang disewanya, atau sebalijnya tertular oleh si perempuan.
"Jumlah buruh migran Cilacap juga sangat tinggi. Mereka juga rawan tertular di luar negeri," dia mengungkapkan.
Angka 1.124 kasus menjadikan wilayah pesisir selatan Jawa Tengah bagian ujung barat ini menjadi salah satu wilayah tertinggi kasus HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah. Risiko penularannya pun terhitung paling tinggi.
Rubino pun yakin, angka kasus yang muncul tersebut bukanlah angka final. Layaknya gunung es, penderita HIV di Cilacap masih banyak yang belum diketahui.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "14 dari 40 ASN Pengidap HIV/AIDS di Cilacap Berprofesi Guru, Kok Bisa?"
Post a Comment