Azwar mengatakan, selain menggratiskan pendidikan, SMK Caruban Nagari juga membebaskan siswa mengenakan seragam saat belajar. Dia mengatakan, sekolah tidak mewajibkan siswa untuk memakai seragam sesuai standar.
"Beberapa tahun sebelumnya kami malah tidak mempermasalahkan siswa sekolah pakai sarung tapi karena terbentur aturan formal akhirnya kami imbau tidak lagi pakai sarung," ujar dia.
Dia mengatakan, kebijakan tidak memaksa siswa mengenakan seragam sesuai standar lantaran melihat kondisi keuangan orang tua siswa. warna warni seragam sekolah di SMK Caruban Nagari tersebut terlihat ketika memasuki hari Kamis sampai Sabtu.
Dia menyebutkan, hari kami siswa diimbau memakai batik, namun batik yang dipakai tidak seragam. Sekolah membebaskan siswa mengenakan batik dengan corak hingga warna apapun.
"Yang penting kemeja berkerah kalau hari Senin sampai Selasa pakai seragam sekolah dan itu juga tidak dipaksa rabu putih abu-abu," kata dia.
Hari Senin sampai Selasa, sekolah menyarankan siswa mengenakan Pakaian Seragam Asal Sekolah (PSAS). Pakaian yang disediakan sekolah tersebut dibuat patungan antara yayasan dan pihak ketiga.
Orang tua siswa yang membeli seragam PSAS tidak dipaksakan untuk membayar lunas. Pihak sekolah memberi kelonggaran kepada orang tua siswa untuk mencicil pakaian tersebut.
"Yayasan juga mensubsidi dan itu tergantung kemampuan orang tua kalau sampai lulus hanya mampu mencicil Rp 100 ribu ya sisanya yayasan yang subsidi," kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Semangat Belajar Anak Yatim dan Tidak Mampu di SMK Caruban Nagari Cirebon"
Post a Comment