Sementara relawan #2019GantiPresiden, Mustofa Nahrawarda, menyebut tagar ibarat permainan sepak bola.
"Jadi sepak bola itu ada dua klub bermain, mereka punya aturan yang sama, memiliki lapangan yang sama, mereka harus mentaati peraturan yang tidak berbeda. Itulah tagar, jadi siapapun bisa memiliki tagar," ungkap dia.
Mustofa mengatakan, tagar sangat menarik. Bisa menjadi alat ukur paling efektif dalam mengukur kekuatan kelompok. Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi dan merekrut banyak orang.
"Kelompok mana yang lebih besar, mana yang lemah, mana yang kuat, mana yang berpengaruh itu dari tagar," sambung dia.
Mustofa mengklaim tagar #2019GantiPresiden lebih sukses menggema di media sosial dibandingkan tagar #JokowiTetapPresiden.
"Dalam 1 jam terakhir tagar 2019 Ganti Presiden itu ada 290 twit, sedangkan 2019 Tetap Jokowi 60 twit, ini bukan bikinan," ungkap dia.
Sementara itu, Ketua KPU Arief Budiman mengaku tidak bisa berkomentar terkait penggunaaan tagar yang digagas sebagian kalangan di media sosial. Aturannya pun tidak ada.
"Sebetulnya sampai saat ini KPU belum bisa masuk ke sana. Karena sebetulnya yang ditagarkan tentang capres. Lah capresnya kan belum ada. KPU belum bisa berpendapat," ujar dia.
"Nah kalau sekarang itu regulasi lain yang bisa mengatur, ada pelanggaran ketertiban engga? Keamanan tidak? Itu kan UU yang lain, bukan UU Pemilu," Arief menandaskan.
https://www.liputan6.com/news/read/3503694/perang-tagar-pilpres-republik-cyber-projo-tagar-ganti-presiden-sentralistikBagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Tagar Pilpres, Republik Cyber Projo: Tagar Ganti Presiden Sentralistik"
Post a Comment