Waisak tahun ini bersamaan dengan bulan Ramadan, bulan yang diyakini sebagai bulan suci. Budayawan Emha Ainun Nadjib menyebutkan bahwa puasa sesunguhnya adalah hal-hal keseharian.
"Puasa itu keseharian. Kita punya hak untuk makan, tapi tak sepenuhnya menggunakan hak itu. Kita punya hak untuk berpakaian, tapi kalau semua pakaian dipakai bersamaan, namanya wong edan. Jadi puasa itu sangat sehari-hari," katanya.
Menarik benang merah yang disampaikan Emha Ainun Nadjib dan Siti Hartati Murdaya, Indonesia di hari-hari ini sebenarnya sangat beruntung. Bisa merayakan perbedaan dan kemampuan menahan diri lebih baik.
Dengan pengendalian diri dan tak sepenuhnya menggunakan haknya sehingga mengganggu hak orang lain, kesenjangan kaya-miskin, kuat-lemah, kota besar-daerah terpencil, dan kesenjangan pendidikan akan mudah diatasi.
"Hilangkan cemburu, marah, dengki, dan serakah. Agama apapun akhirnya sama, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa," kata Siti Hartati.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waisak, Puasa, dan Renungan Perjalanan Sidharta"
Post a Comment