Pemilihan dua jenis bibit pohon, yakni pete dan jengkol juga bagian dari rencana jangka panjang konservasi. Sekali tanam, dua manfaat sekaligus didapat.
Jengkol dan pete yang berkayu dan berakar kuat bermanfaat dari sisi konservasi. Kelak, delapan atau 10 tahun lagi, saat pohon mulai berbuah, warga mendapatkan hasilnya. Panen bisa dijual sebagai tambahan penghasilan.
Sisi konservasi akan selaras dengan kepentingan ekonomi ratusan warga yang tinggal di lereng Gunung Slamet, terutama Warga Sokawera. Warga yang menanam dan merawat, juga akan dirawat oleh pohon-pohon ini.
Menurut Toha, saat ini banyak area di lereng selatan Gunung Slamet yang berada dalam situasi kritis. Hutan telah berubah menjadi lahan pertanian atau menjadi hutan produksi. Sebab itu, perlu dukungan seluruh pihak untuk mengembalikan hutan sebagaimana fungsinya.
"Masyarakat menanam bersama-sama seluruh warga masyarakat yang berada di Sokawera, dan juga dengan teman-teman kepolisian, dan juga pelajar dan mahasiswa yang ada di Banyumas ini," dia menjelaskan.
Tonton video menarik di bawah ini:
My God!! yang Terjadi Saat Ratusan Warga Banyumas Berebut Gunungan Gula dalam Peringatan Hari Bumi Sedunia
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ritual Sakral Warga Banyumas untuk Gunung Slamet di Hari Bumi Sedunia"
Post a Comment