Lapisan lumpur, di mana para korban terkubur, bisa jadi disebabkan oleh hujan deras dan banjir di daerah yang biasanya kering. Pemicunya diduga adalah peristiwa cuaca ekstrem seperti El Nino.
Seperti dilaporkan National Geographic, kondisi tersebut diperkirakan mengganggu sektor perikanan laut di wilayah itu. Sementara, banjir di pesisir bisa membuat saluran irigasi di Chimú meluber.
Anak-anak itu diduga dikorbankan untuk merayu para dewa, agar menghentikan bencana.
Ahli bioarkeologi, Haagen Klaus menduga, pengorbanan manusia dewasa yang diperkirakan dilakukan sebelumnya dirasa tak efektif bagi masyarakat kala itu.
"Orang-orang mengorbankan apa yang paling berharga bagi mereka," kata dia. "Mereka mungkin menilai, pengorbanan orang dewasa tidak efektif. Hujan terus datang. Maka, korban baru tipe berbeda harus dipersembahkan."
Itu mengapa, anak-anak yang dipilih. Karena mereka dianggap mewakili masa depan. Sementara, "llama juga dianggap berharga sebagai hewan pengangkut. Makhluk itu dianggap bagian fundamental dari perekonomian."
Penanggalan karbon dari tekstil yang ditemukan di situs kuburan massal tersebut menunjukkan, insiden mengerikan itu terjadi sekitar 1400-1450 Masehi.
Chimú, yang menyembah dewa bulan, ditaklukkan oleh peradaban Inca hanya beberapa dekade kemudian.
Sekitar 50 tahun setelah itu, penjelajah Spanyol tiba di Amerika Selatan dan menaklukkan peradaban Inca.
Secara terpisah, Jeffrey Quilter, Direktur Peabody Museum of Archaeology & Ethnology di Harvard University, menggambarkan temuan itu sebagai hal yang biasa.
Dalam sebuah email, Quilter mengatakan kepada AP bahwa situs tersebut memberikan "bukti nyata" bahwa pengorbanan anak-anak dalam skala besar di Peru pada masa lalu.
"Laporan pengorbanan manusia dalam jumlah yang sangat besar dilaporkan dari bagian lain dunia, tetapi sulit untuk mengetahui apakah jumlahnya dibesar-besarkan atau tidak," tulis Quilter.
Beberapa kebudayaan kuno di Amerika mempraktikkan pengorbanan manusia termasuk bangsa Maya, suku Aztec dan Inca, yang menaklukkan peradaban Chimú pada akhir Abad ke-15. Tetapi pengorbanan massal anak-anak adalah sesuatu yang jarang didokumentasikan.
Sementara itu, situs arkeologi Las Llamas terletak di sebuah area kumuh. Sekeliling area dipagari untuk menghentikan pengembang ilegal membangun rumah-rumah di atasnya.
Pemimpin studi, Gabriel Prieto mengatakan, situs ekskavasi yang berada di permukiman kelas pekerja itu menguak fakta mengerikan.
"Yang mungkin adalah salah satu momen paling gelap dalam sejarah kami," kata Prieto. Sebaliknya, "Itu juga bagian dari warisan budaya kita."
https://www.liputan6.com/global/read/3493292/140-jasad-bocah-ditemukan-di-gurun-peru-tumbal-ritual-pengorbanan-manusiaBagikan Berita Ini
0 Response to "140 Jasad Bocah Ditemukan di Gurun Peru, Tumbal Ritual Pengorbanan Manusia"
Post a Comment