:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1053719/original/006833400_1447401133-20151113-Ilustrasi-Investasi-1.jpg)
Akan tetapi, Steven mengingatkan euforia kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Moodys menjadi terbatas. Hal itu mengingatkan ada potensi peningkatan defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2018. Defisit neraca perdagangan kemungkinan besar akan tembus USD 1 miliar pada kuartal I 2018.
PT Ashmore Assets Management melihat kecuali ada pembalikan besar untuk neraca perdagangan. Defisit perdagangan dua persen pun dinilai sulit untuk dicapai. Apalagi ada kenaikan impor lebih besar karena kenaikan barang modal untuk investasi dan ada peningkatan subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sedangkan Joshua melihat, tantangan yang dihadapi Indonesia meski ada kenaikan peringkat utang Indonesia yaitu arah kebijakan suku bunga oleh bank sentral. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sekitar 50 basis poin pada 2018. Hal tersebut juga akan diikuti negara berkembang. Joshua menuturkan, investor akan melihat seberapa cepat the Federal Reserve menaikkan suku bunga. Namun, Joshua memperkirakan, Bank Indonesia (BI) masih akan tetap pertahankan suku bunga acuan 4,25 persen.
Faktor eksternal lainnya seperti kondisi geopolitik dan perang dagang juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan Indonesia. Dari dalam negeri, Joshua mengatakan, dampak kenaikan harga minyak dan subsidi energi menjadi sorotan oleh lembaga pemeringkat internasional. Ia menilai, kenaikan harga minyak dunia dapat positif untuk penerimaan negara. Pemerintah Indonesia sangat berhati-hati menjaga fiskal sehingga menjadi sentimen positif. "Kekhawatiran pelaku pasar tidak akan terbukti karena pemerintah juga sangat prudent di sektor fiskal," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mengenal investasi obligasi
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dampak Kenaikan Peringkat Utang RI buat Ekonomi"
Post a Comment