Search

Menjemput Impian ke Perguruan Tinggi Negeri

Liputan6.com, Jakarta -Perguruan tinggi negeri selalu menjadi incaran pelajar menengah atas yang ingin melanjutkan pendidikannya. Selain murah biaya pendidikannya, perguruan tinggi negeri lebih bergengsi karena tidak mudah masuk ke sana.

Pada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) saja, ada 586.155 pendaftar. Namun, hanya 110.946 siswa yang mendapat tiket masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur masuk melalui seleksi nilai rapor.

Ratusan ribu siswa lainnya harus gigit jari dan menunggu jalur lain untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri.

Salah satunya, Yasara Madda Adati atau Yasa. Air mata pelajar di sebuah SMA di Karanganyar ini tak terbendung ketika melihat namanya tidak ada dalam daftar calon mahasiswa yang lolos SNMPTN. Padahal, dia selalu mendapat peringkat pertama di sekolahnya. 

"Awalnya sedih, tadi juga sempat nangis," kata Yasa saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (17/4/2018).

Namun, dia tak ingin dirundung kesedihan. Dia percaya, "Banyak Jalan Menuju Roma." Banyak pula jalan menuju perguruan tinggi negeri favorit.

"Mungkin memang bukan jalanku, belum rezekiku. Jadi enggak terpaku sedih terus," kata gadis yang baru saja genap berusia 18 tahun itu.

Kini, Yasa fokus menghadapi ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengubah strategi dalam pemilihan jurusan dan kampus negeri. Apabila saat SNMPTN, dia hanya mendaftar dua pilihan di dua kampus, rencananya saat ujian SBMPTN ia akan mengambil tiga pilihan jurusan di dua kampus, yakni Universitas Gadjah Mata (UGM) dan Universitas Negeri Solo (UNS).

"Langkah berikutnya ikut SBM, belajar lebih mulai hari ini, bakal nyobain UGM juga. Kan tiga pilihan, pertama arsitektur UGM, pilihan kedua mau konsul dulu," ucap Yasa mantap.

Tak main-main, pelajar asal Solo itu sudah mengikuti program kursus intensif hingga tes SBMPTB berlangsung. Meski tengah libur, dia akan digembleng di tempat kursus khusus ujian SBMPTN sejak pagi hingga siang setiap harinya.

"SBM-nya 8 Mei, masih ada waktu tiga minggu," kata Yasa.

Kursus intensif diyakini Yasa sebagai salah satu strategi untuk mendapatkan satu kursi di perguruan tinggi negeri impiannya. "Enggak lolos (SNMPTN) mikirin ke depannya strategi baru. Allah lebih tahu kemampuan saya," ujar Yasa.

Menurut dia, kegagalannya dalam SNMPTN bukan untuk diselali, melainkan menjadi jalan untuk lebih giat belajar dan meningkatkan ambisinya untuk kuliah di jurusan impiannya, yakni arsitektur UGM atau UNS.

"Harus lebih raji dan ambisisus. Saya sudah ikut intensif buat jaga-jaga. Full Senin-Minggu jam 7 sampai jam 12, kayak sekolah," ucap Yasa.

Dia memang mati-matian berjuang untuk dapat masuk ke perguruan tinggi negeri. Salah satu alasannya, karena tidak ingin merepotkan orangtua terkait biaya pendidikannya.

"Pertama karena saat mencari pekerjaan mayoritas mendahulukan lulusan perguruan tinggi negeri. Kedua, biaya perguruan tinggi negeri lebih terjangkau," kata Yasa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hasil perjuangan mendapatkan pendidikan tinggi akhirnya tercapai kendati ayahnya seorang tukang becak. Sudarmono alumnus SMA 1 Bayat, Klaten, Yogyakarta ini akhirnya bisa mengenyam pendidikan di Fakultas Peternakan UGM melalui jalur SNMPTN program Bi...

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/news/read/3464002/menjemput-impian-ke-perguruan-tinggi-negeri

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Menjemput Impian ke Perguruan Tinggi Negeri"

Post a Comment


Powered by Blogger.